7/14/2015

Ramadan dan Lebaran di Jepang

Ramadan di negeri orang itu rasanya sepi tapi seru. Seru karena bisa merasakan suasana berbeda dengan kampung halaman sebagai anak rantau, apalagi di negeri orang.

Kali ini JFC ingin berbgai cerita tentang pengalaman staff JFC selama melewati bulan Ramadan di Jepang.

Jepang bukan negara yang punya kebiasaan tentang serba-serbi Ramadan, jangankan Ramadan, Islam saja bukan agama mayoritas. Tapi bagi pelajar kita yang sedang merantau di Jepang, Ramadan tak kehilangan keistimewaannya, bahkan hadir dalam suasana yang berbeda. Bukan saja berbeda tapi penuh berkah dan perjuangan, ceile.

Bayangkan saja, bagaimana enggak dibilang perjuangan, tahun-tahun sekarang yang Ramadan jatuh pada musim panas, tentu merupakan cobaan berat yang harus dihadapi. Hm, ya memang sih di Jekardah juga panas banget kalo lagi puasa. Tapi di Jepang bukan hanya terik matahari yang menyengat, tapi juga sang matahari betah banget berada di atas. Ya, benar! Waktu pelaksanaan puasa yang lama, 17 jam. Dimulai dari sekitar jam 15.00 sampai jam 19.00. Imsak hadir lebih cepat dan magrib datang lebih lama. Mungkin teman-teman yang merantau di Eropa dan Amrik lebih paham akan hal ini, bahkan ada yang lebih lama.

“Puasa lama, enggak kuat!” Lebih baik tidak usah merantau kalau banyak mengeluh. Justru itu yang merupakan suasana berbeda. Enggak ada masalah kok, dengan banyak kegiatan kita seperti kuliah, kerja part-time, buat laporan, tugas kuliah, dan lai-lain pasti enggak akan terasa.

Yang berbeda hanya itu? Tentu saja tidak. Banyak hal-hal yang islami di Jepang kalau kita ingin mencarinya.

Takjil merupakan kebiasaan yang sudah tidak asing lagi di Indonesia di bulan Ramadan. Kita bisa menemukannya di pinggir jalan kalau sudah hendak masuk waktu berbuka. “Di Jepang tidak bisa ketemu takjil? Pasti makannya Sushi deh.” Coba deh jalan-jalan ke tempat komunitas yang banyak muslimnya terutama komunitas muslim Indonesia dan muslim Malaysia. Pernah suatu ketika jalan-jalan di daerah Roppongi, ternyata ada komunitas muslim Malaysia yang sedang bagi-bagi takjil. Jadi suasana ramadan di Jepang setidaknya sedikit ngobatin kangen. Oh iya,kalau mau taraweh juga di mesjid terdekat menyelenggarakannya. Biasanya dilanjutinsama majlis ta’lim. Yang datang juga selain orang-orang dari negara masyoritas muslim, kadang terlihat juga orang Jepang yang beragama Islam. Mungkin kalau yang sering nonton salah satu program stasiun televisi khusus ramadan yang menanyangkan kegiatan ramadan muslim Jepang, ya tidak jauh suasananya seperti itu. Banyak yang berinteraksi dengan orang Pakistan biasanya, Malaysia, Indonesia, dan negara mayoritas muslim lainnya.

(Sumber Gambar: diambil dari website Kemlu RI)


Sebulan berpuasa rasanya tidak afdol kalau tidak mempersiapkan hal yang wajib untuk lebaran. Tapi, apa yang mau dipersiapkan? Ketupat? Mau dapat darimana?

Hm, okelah walaupun enggak pake baju koko baru saat solat ied nanti, setidaknya dapat suasana baru ied-an di Jepang. Solat Ied di Jepang sama saja seperti di Indonesia, dalam hal waktu pelaksanaan. Ada berbagai banyak pilihan tempat. Misalnya bagi yang tinggal di Tokyo, bisa solat ied di Masjid Tokyo atau Pusat Studi Islam yang dikelola Pemerintah Kerajaan Saudi di daerah Roppongi. Nah, bagi yang kangen aroma dan suasana Indonesia, SRIT (Sekolah Republik Indonesia) adalah pilihan yang tepat untuk merayakan Idul Fitri di Jepang. Pusat ngumpulnya orang Indonesia saat lebaran. Selain lokasinya berdekatan dengan Kedutaan Besar Indonesia di Tokyo, pihak Kedubes juga ngadain open house. Yang pastinya ada hidangan khas lebaran. Pas banget tuh buat yang tadi kangen sama ketupat, opor dkk.

Sehabis solat ied juga bisa bersilaturahmi dengan anak-anak kebanggaan bangsa yang sedang belajar di Jepang, pekerja, dan masih banyak lagi. Bagi yang punya teman seperjuangan perantau di Jepang, ini merupakan momen reunian.

Oh iya ada yang menarik lho tentang pelaksanaan solat ied di SRIT ini. Berdasarakan penuturan salah satu admin JFC tentang pengalamannya solat di SRIT, solat dibagi hingga 2 kloter. Mungkin saking banyaknya orang Indonesia yang merantau di Jepang. Yang sekiranya bangun terlambat dan lokasi tempat tinggalnya jauh dari Meguro (Kedubes Indonesia), siap-siap nunggu solat kloter pertama selesai, dan baru deh ikut yang kloter kedua.

Sayangnya admin JFC ini, tidak ikut open house di kedubes dikarenakan ada panggilan kerja part-time. Oh iya, berbeda dengan di sini lebaran di sana enggak libur. Jadi kalau lebaran jatuh di hari biasa, maka yang bekerja (kalau tidak ambil cuti), tetap masuk kerja, yang kuliah juga tetap ada kelas. Bahkan di hari minggu pun, bagi yang punya schedule kerja part-time, tetap saja harus masuk, apalagi yang kerja di restauran, pasti kekurangan tenaga karena banyaknya tamu yang datang di akhir pekan.

Ya, begitu lah suasana ramadan dan lebaran di Jepang kurang lebih. Walau enggak bisa pake yang baru-baru, seenggaknya bisa merasakan yang baru-baru.

Sekian dulu monolognya, kalau ada kesempatan kami akan share lagi pengalaman serta informasi tentang Jepang. Adios!

Oh iya, mewakili segenap staff JFC, mengucapkan:

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1436 Hijiriah. Minal aidin wal faizin, Mohon maaf lahir dan batin. Met lebaran minna-san!!


    

7/10/2015

Gaji Arubaito atau Part Time Job atau Kerja Paruh Waktu di Jepang

Minna san,
Dalam suasana ramadhan saat ini, JFC ingin berbagi info mengenai arubaito di Jepang.

Tentu sekarang sudah tidak asing lagi dengan istilah "arubaito" ya? Arubaito atau baito berasal dari bahasa Jerman yaitu "arbeit" yang berarti work atau kerja. Di Jepang, kata arbeit berubah menjadi arubaito yang indentik dengan makna part-time job atau kerja paruh waktu.

Mahasiswa asing di Jepang, juga diperbolehkan untuk kerja paruh waktu dengan ketentuan-ketentuan seperti: tidak bekerja yang melanggar tatanan etika masyarakat dan tidak boleh bekerja lebih dari 28 jam/minggu. Kalau melangggar ketentuan tersebut, hati-hati nanti bisa dideportasi. Malu kan kalau sampai dideportasi.

Pemerintah sengaja membatasi jumlah jam kerja supaya mahasiswa asing tidak keenakan kerja hingga meninggalkan kuliahnya. Tapi tenang saja, gaji kerja paruh waktu di Jepang, lumayan banget loh! Walaupun dibatasi, tetap bisa membiayai kehidupan sehari-hari setiap bulannya.

Penasaran gajinya berapa?
Sistem gaji kerja paruh waktu di Jepang adalah per jam atau disebut jikyuu (gaji per jam).
Besar gaji bervariasi tergantung daerah, jenis pekerjaan dan jam kerja yaitu sekitar 800 - 1.200 yen (berarti sekitar Rp.80.000 - Rp. 120.000 per jam loh! uwiwiwiwi).

*) Apabila lokasi di Tokyo dan bekerja di restoran yang membutuhkan skill bahasa Jepang dan bekerja setelah jam 8 malam maka gaji yang didapat bisa mencapai 1200 yen/jam.
Kalau dihitung-hitung bekerja sesuai ketentuan pemerintah selama 28 jam/minggu, maka gaji yang didapat perbulan bisa mencapai 134.400 yen (sekitar Rp. 13.440.000).

Walaupun belum bisa bahasa Jepang dan hanya mendapat gaji 800yen/jam, jangan khawatir sebulan masih bisa mendapat 89.600 yen (sekitar Rp. 8.960.000). So, jangan takut tidak bisa hidup di Jepang. Selama kita punya tekad yang kuat, rajin, dan semangat, pasti bisa!!



Lagi pula, selain dapat penghasilan yang lumayan, kerja paruh waktu di Jepang juga bisa mendapatkan berbagai manfaat seperti:

  • Bisa mendapatkan teman lebih banyak lagi;
  • Bisa dapat pengalaman bekerja di Jepang;
  • Walaupun hanya kerja cuci piring di dapur, atau beres-beresin barang, tetap saja bisa merasakan langsung etos kerja di Jepang;
  • Bisa belajar budaya bekerja di Jepang seperti disiplin waktu (jangan sampai telat datang ke tempat arubaito), budaya menyapa (waktu bekerja di restoran, walaupun kita masuk siang atau malam, tetap saja salam yang kita ucapkan adalah "ohayou gozaimasu" atau selamat pagi), dll.
  • Bisa melatih serta meningkatkan kemampuan komunikasi dalam bahasa Jepang.
  • Bisa mengenal istilah-istilah produk, bahan makanan, jenis ikan dll. bisa belajar kanji juga kan? :D



Cara Mendapat Izin Arubaito

Nah, kalau sudah tahu besar gaji dan manfaat kerja paruh waktu di Jepang, pasti jadi ingin mencoba ya? JFC juga akan memberi info cara mendapat izin untuk bisa kerja paruh waktu di Jepang.

1. Apabila sudah tiba di Jepang dan memiliki Residence Card, silahkan datang ke kantor imigrasi setempat di Jepang dengan membawa residence card dan paspor. Setelah tiba di sana akan diminta untuk isi formulir dan menyerahkan dokumen yang dibawa. Dua minggu kemudian datang lagi ke kantor imigrasi untuk mengambil paspor yang telah ditempel izin arubaito berupa stiker.

2. Apabila melalui JFC, sekolah bahasa rekanan JFC bisa langsung memberikan formulir izin arubaito sebelum berangkat ke Jepang. Formulir tersebut diisi dan diserahkan ke imigrasi di bandara di Jepang. Jadi, nanti di imigrasi bandara di Jepang akan diberikan residence card dan stiker izin arubaito di paspor. Sudah semakin praktis ya.

Setelah tiba di Jepang, tentu sebaiknya jangan langsung kerja paruh waktu. Harus menunggu dulu sekitar 1 bulan atau sampai sudah merasa nyaman.

Mencari lowongan kerja paruh waktu di Jepang, tidak begitu sulit, bisa ditemukan di majalah, pamflet, di seven eleven dll. Ketika melamar kerja, sebaiknya memakai pakaian yang rapi serta membawa CV, residence card, buku rekening, paspor (untuk melihat izin bekerja) dan inkan (jika diperlukan)

Format CV bisa dibeli di convenience store (kombini) seperti seven eleven dll atau download di sini

Informasi lainnya tentang inkan dan buka rekening bank, bisa dicek di sini juga.

Jadi, Minna san, kalau ada yang punya rencana belajar sambil part time di Jepang, silahkan hubungi JFC saja. Ada banyak informasi dan bisa support part time di Jepang juga :)

Sampai bertemu dipostingan JFC berikutnya (^o^)